Headlines News :
Home » » Pendidikan Karakter Ala Kota Bandung

Pendidikan Karakter Ala Kota Bandung

Written By Liputan Jabar on Minggu, 21 Agustus 2016 | Minggu, Agustus 21, 2016

Anies Baswedan, Walikota Bandung dan Kadisdik Kota Bandung
LipJab, Bandung - Tahun ajaran baru dimulai. Setiap sekolah senantiasa telah siap untuk menyambut para siswa baru. Penerimaan peserta didik baru lazimnya diawali dengan masa orientasi sekolah. Tujuannya untuk memperkenalkan lingkungan dan budaya sekolah kepada siswa baru, baik di tingkat SMP maupun SMA. Fenomena yang terjadi saat ini, timbul kekhawatiran adanya kegiatan perpeloncoan yang mengiringi kegiatan orientasi siswa baru di sekolah. Mengantisipasi hal tersebut, Kota Bandung telah memiliki serangkaian rencana untuk memperbaiki sistem orientasi siswa baru.

Wali Kota Bandung, M. Ridwan Kamil mengatakan bahwa pihaknya akan menginstruksikan ke setiap sekolah untuk tidak menyelenggarakan kegiatan orientasi yang bersifat perpeloncoan secara fisik. Konsep orientasi siswa baru akan diganti dengan pendidikan kreativitas dan pendidikan karakter. “Konsep tidak ada perpeloncoan fisik itu saya akan kirim suratnya besok lusa ke sekolah-sekolah, terus digantikan dengan pendidikan kreatif dan pendidikan karakter,” ungkap Walikota yang akrab disapa Emil ini.

Emil menambahkan, Kota Bandung telah memiliki instrumen pendidikan karakter yang disebut dengan Bandung Masagi. Maka ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menanyakan kesiapan Kota Bandung terkait kebijakan tersebut, Emil menyatakan kesiapannya secara penuh. 

Bandung Masagi adalah pendidikan karakter berbasis nilai lokal yakni silih asah, silih asih, silih asuh, silih wawangi yang digagas oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung. Terdapat empat elemen pembinaan, yakni bela negara, jaga budaya, peduli lingkungan, dan cinta agama. “Keempat elemen itu akan diterjemahkan sebagai materi untuk PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah-red),” papar Emil.

Pendidikan Karakter

Pemerintah saat ini tengah mengedepankan pendidikan karakter bagi seluruh elemen masyarakat, terutama bagi para generasi muda yang masih mengenyam pendidikan. Wakil Wali Kota Bandung Oded M. Danial meyakini empat elemen dasar pendidikan mampu memberikan dampak yang positif bagi para siswa terutama untuk pengembangan karakter.

Keempat elemen tersebut adalah olah raga, olah rasio, olah rasa, dan olah ruh. Olah raga meliputi fisik yang sehat, olah rasio meliputi pikiran yang cerdas, olah rasa meliputi hati yang bersih, serta olah ruh sebagai bagian dasar dari penciptaan umat manusia.

“Jika keempat elemen ini berkembang dengan seimbang, maka saya yakin bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang siap tangguh untuk bersaing dengan dunia internasional,” ungkap Oded.

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah menggalakan gerakan Bandung Masagi. Program ini merupakan metode pendidikan karakter ala Kota Bandung. Sesuai dengan namanya “masagi”, yang berari segi empat, metode pendidikan karakter ini pun terdiri dari empat elemen, yakni pendidikan bela negara, pendidikan agama, pendidikan budaya, dan pendidikan cinta lingkungan.

Program Bandung Masagi diwujudkan dalam berbagai program, seperti Magrib Mengaji, Rebo Nyunda, Gerakan Pungut Sampah, program rotasi inspektur upacara di sekolah-sekolah, dan lain sebagainya.

Di samping itu, Pemkot Bandung telah mendeklarasikan diri sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Pemkot tidak mendiskriminasikan siapapun yang ingin menikmati bangku pendidikan. Pemerintah memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak untuk bersekolah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana. “Pemerintah Kota Bandung berkomitmen semua anak di Kota Bandung bisa sekolah,” papar Elih.

Pemkot Bandung juga tengah gencar menggiatkan gerakan literasi sekolah, sesuai dengan pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Literasi dasar memungkinkan anak-anak meraih ilmu dan kemampuan yang lebih tinggi serta menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. “Minat baca dan tulis anak-anak harus ditingkatkan karena itu adalah esensi dasar dari belajar,” tambah Elih.

Literasi yang selama ini berfokus pada kemampuan baca-tulis harus diperkuat dengan literasi sains, literasi teknologi, literasi finansial, dan literasi budaya.

Elih menambahkan, guru menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Ia mengaku pihaknya terus mendorong para guru agar senantiasa mengembangkan diri dan menjadi manusia pembelajar. Guru dipacu agar lebih banyak mengakses sumber belajar sehingga peningkatan mutu guru tidak bergantung pada program-program pemerintah.  


(red)
Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. LiputanJabar.com | Akurat Terpercaya .
Kontak Redaksi | Designed By Bang One