BANDUNG - Wali Kota Bandung, Oded M.Danial berpesan kepada para guru agama di sekolah agar tidak hanya memberikan tambahan wawasan semata. Namun turut memberikan pendidikan karakter dengan pendekatan spiritualitas kepada para murid.
Arahan Oded ini diberikan usai pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kota Bandung masa bakti 2020-2023, di Auditorium Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kamis, 10 Desember 2020.
"Saya titip pesan kepada AGPAII dalam dunia pendidikan yang harus dikedepankan adalah bagaimana menghadirkan pendidikan yang berdimensi ketuhanan. Sehingga betul-betul menjadi karakter. Karena ketika pendidikan yang sudah jauh dari nilai ketuhanan maka akan hancur, alih-alih kita dapat kesejahteraan," ucap Oded.
Oded menuturkan, materi yang diajarkan oleh para guru keagamaan ini sangat spesifik mengenai agama Islam. Dalam Islam mengedepankan unsur nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi sebagai bagian dari proses pembelajaran.
"Kedua pesan saya harus diingat bahwa Islam itu ajaran yang penuh nilai universal. Artinya islam sangat memerhatikan nilai kemanusiaan," tuturnya.
Oded mengungkapkan hal yang paling utama untuk diterapkan oleh para guru agama Islam yakni mengedepankan unsur kasih sayang dalam memberikan pengajaran. Guru agama harus menunjukan sikap humanis saat mendidik para siswa.
"Ketiga nilai-nilai humanis yang penuh kasih sayang ini dikedepankan. Jangan sampai jadi guru agama islam tapi malah marah-marah sama murid," dia menegaskan.
Oded memaparkan dewasa ini pendidikan karakter berlandaskan keagamaan terhadap murid harus digencarkan. Sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan tidak hanya memiliki kemampuan teknis namun juga diiringi oleh kecerdasan emosional dan spiritual.
"Mengapa demikian, karena dalam pandangan saya bahwa sesungguhnya membangun sebuah negara harus dimulai dari pembangunan karakter, pembangunan akhlak. Saya sepakat bahwa ketika sebuah pembangunan lebih mengedepankan fisik semata siap-siap hancur," jelasnya.
Sebagai contohnya, Oded mengungkapkan catatan sejarah telah memberikan gambaran ketika Raja Firaun berjaya di Timur Tengah. Kemajuan peradaban fisik yang diusung kemudian runtuh lantaran tidak diperkuat oleh kecerdasan mental spiritual.
"Ketika firaun lupa bahwa ada pembangunan yang hakiki yaitu pembangunan sumber daya manusia maka hancurlah negara saat itu. Kalau itu diulang lagi maka siap-siap akan hancur, apalagi kalau kualitas SDM kita semakin menjauh dari ketuhanan," katanya.
Arahan Oded ini diberikan usai pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kota Bandung masa bakti 2020-2023, di Auditorium Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Kamis, 10 Desember 2020.
"Saya titip pesan kepada AGPAII dalam dunia pendidikan yang harus dikedepankan adalah bagaimana menghadirkan pendidikan yang berdimensi ketuhanan. Sehingga betul-betul menjadi karakter. Karena ketika pendidikan yang sudah jauh dari nilai ketuhanan maka akan hancur, alih-alih kita dapat kesejahteraan," ucap Oded.
Oded menuturkan, materi yang diajarkan oleh para guru keagamaan ini sangat spesifik mengenai agama Islam. Dalam Islam mengedepankan unsur nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi sebagai bagian dari proses pembelajaran.
"Kedua pesan saya harus diingat bahwa Islam itu ajaran yang penuh nilai universal. Artinya islam sangat memerhatikan nilai kemanusiaan," tuturnya.
Oded mengungkapkan hal yang paling utama untuk diterapkan oleh para guru agama Islam yakni mengedepankan unsur kasih sayang dalam memberikan pengajaran. Guru agama harus menunjukan sikap humanis saat mendidik para siswa.
"Ketiga nilai-nilai humanis yang penuh kasih sayang ini dikedepankan. Jangan sampai jadi guru agama islam tapi malah marah-marah sama murid," dia menegaskan.
Oded memaparkan dewasa ini pendidikan karakter berlandaskan keagamaan terhadap murid harus digencarkan. Sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan tidak hanya memiliki kemampuan teknis namun juga diiringi oleh kecerdasan emosional dan spiritual.
"Mengapa demikian, karena dalam pandangan saya bahwa sesungguhnya membangun sebuah negara harus dimulai dari pembangunan karakter, pembangunan akhlak. Saya sepakat bahwa ketika sebuah pembangunan lebih mengedepankan fisik semata siap-siap hancur," jelasnya.
Sebagai contohnya, Oded mengungkapkan catatan sejarah telah memberikan gambaran ketika Raja Firaun berjaya di Timur Tengah. Kemajuan peradaban fisik yang diusung kemudian runtuh lantaran tidak diperkuat oleh kecerdasan mental spiritual.
"Ketika firaun lupa bahwa ada pembangunan yang hakiki yaitu pembangunan sumber daya manusia maka hancurlah negara saat itu. Kalau itu diulang lagi maka siap-siap akan hancur, apalagi kalau kualitas SDM kita semakin menjauh dari ketuhanan," katanya.
Posting Komentar