Headlines News :
Home » , » Alasan Bahan Khusus Digunakan Untuk Kursi Trotoar Kota Bandung

Alasan Bahan Khusus Digunakan Untuk Kursi Trotoar Kota Bandung

Written By Liputan Jabar on Selasa, 31 Mei 2022 | Selasa, Mei 31, 2022

BANDUNG - Selain menggunakan sepeda motor, keliling Kota Bandung juga lebih enak kalau sambil jalan kaki. Apalagi Kota Bandung memiliki banyak ruang publik terbuka dengan fasilitas estetik, seperti tanaman hijau, kursi dan meja, serta alat-alat olahraga.

Namun, sayangnya fasilitas publik ini kerap kali ditemukan dalam keadaan kurang layak. Beberapa ada yang dicoret oleh oknum tidak bertanggung jawab, bahkan ada yang sampai hilang.

Untuk mengantisipasi hal ini kembali terjadi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah mengambil beberapa langkah. Salah satunya dengan memviralkan tindakan non-etis dengan #JanganDitiru di media sosial.

Perlu diketahui, jumlah kursi yang terpasang di beberapa ruas jalan di Kota Bandung berjumlah 292 buah. Di antaranya berada di Jalan Asia Afrika, Turangga, Braga, Dago, Banceuy, Naripan, dan Sudirman.

Dengan jenis konstruksi, Batu, Semen, Material Komposite ataupun Besi
Subkoordinator Perencanaan Drainase dan Trotoar Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Melky Koswara menyebutkan, pemilihan bahan untuk kursi sebenarnya dilakukan guna mengurangi kerusakan pada fasilitas publik.

"Fasilitas kursi yang kita sediakan itu ada jenis klasik, bahannya beberapa sudah kami ganti dari kayu ke komposit, seperti di Braga dan Asia Afrika. Kalau secara bentuk mirip, tapi dari bahan jauh lebih kuat terhadap cuaca," jelas Melky kepada Humas Kota Bandung, Selasa, 31 Mei 2022.

Selain itu, bahan lain yang digunakan berupa besi seperti set kursi yang berada di Jalan Dago. Atau bahan batu seperti di Jalan Riau.

Meski pemilihan bahan telah dilakukan untuk mengurangi kerusakan akibat cuaca, tapi Melky mengatakan, jika beberapa kerusakan juga terjadi karena tangan jahil dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja di Jalan Dago, ada beberapa kursi besi yang hilang.

"Penyebab kerusakan itu pertama dari cuaca. Kedua, tidak memungkiri juga dari aksi vandalisme. Bukan hanya rusakan lagi, tapi malah ada yang hilang seperti di Dago," ungkapnya.

"Ada baut yang longgar dan kursi reyot itu sudah kita ganti. Kebanyakan hanya rusak tampilan seperti lapisan catnya sudah terkelupas. Mungkin sekitar 10 persennya yang rusak dan sudah harus ada penggantian," lanjut Melky.

Pun dengan material batu. Melky menuturkan, pada mulanya mereka menilai jika material batu akan lebih awet dan tidak mudah untuk diambil.

Namun, ternyata kursi publik dari batu ini pun menjadi incaran para pemain skateboard untuk dijadikan jalur rintangan saat bermain. Padahal, material ini dipilih agar bisa awet tahan lama digunakan oleh masyarakat yang ingin menikmati suasana di ruang terbuka.

"Kursi-kursi batu juga banyak digeser. Mungkin jadi daya tarik tersendiri untuk para pemain skateboard," ucapnya.

Selain itu, menurut Melky, cara lain untuk menyiasati agar fasilitas publik tetap terjaga adalah dengan membuat mural bertema. Sehingga, tidak ada ruang kosong yang tersedia untuk para pelaku vandalisme mencoret-coret fasilitas publik.

"Kita juga sempat di Jalan Sudirman ada program bikin mural di kursi bersama Pak John Martono. Jadi, daripada dicoret-coret tidak jelas sama orang, mending kita duluan yang coret-coret dengan mural yang bagus," ujarnya

Untuk pemeliharaannya sendiri, DSDABM bekerja sama dengan Unit Pengelola Teknis (UPT) yang tersebar di enam wilayah se-Kota Bandung. Masing-masing UPT melakukan perbaikan fasilitas publik yang ada di wilayahnya.

"Paling banyak sekarang di Cibeunying karena cenderung lebih kota dan banyak fasilitas kursinya. Tiap hari mereka mengecek, tapi memang di lapangan ada kucing-kucingan. Kita mengawasi sampai pukul 16.00 WIB. Setelah itu kadang kala terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Melky.

Sebab, tidak semua fasilitas kursi yang ada di trotoar Kota Bandung berada di bawah kelola DSDABM. Beberapa titik utama fasilitas publik yang dikelola DSDABM ada di pusat kota, seperti Jalan Braga, Sudirman, Dago, dan Asia Afrika.

Sisanya ada yang berasal dari hibah pihak ketiga, lalu diberikan pada kewilayahan atau dinas lainnya.

Maka dari itu, perlu adanya pengawasan bersama baik dari masyarakat, pejabat kewilayahan, sampai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

Rencananya, Pemkot Bandung menambah lagi fasilitas ruang terbuka di Jalan Wastukencana dan penataan di taman-taman Jalan Riau.

"Untuk anggaran pengadaan fasilitas publik itu Rp300 juta. Tapi, ini juga tidak setiap tahun, biasanya di tahun ketiga itu baru ada pengadaan," tuturnya.

Melky berharap, dengan adanya fasilitas publik yang baru dan penataan taman, bisa digunakan dengan baik dan bijak oleh masyarakat Kota Bandung.

"Kita inginnya Bandung itu nyaman buat semua. Apalagi kalau masa covid seperti ini inginnya kan kita bisa tetap main ke luar ya. Kalau di ruang tertutup terus rasanya ada ketakutan tersendiri. Nah, fasilitas ruang terbuka ini jadi sarana interaksi untuk keluarga juga, maka harus terus kita jaga bersama," imbaunya. 
Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. LiputanJabar.com | Akurat Terpercaya .
Kontak Redaksi | Designed By Bang One