BANDUNG - Rabu, 10 Agustus 2022 menjadi acara puncak rangkaian Hari Anak Nasional (HAN) Kota Bandung. Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berharap anak-anak bisa terus terlindungi dan terpenuhi haknya.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan, anak-anak ada dalam posisi yang rentan tercederai atau bahkan terampas hak-haknya, terutama di tengah era digital.
Beberapa bahaya yang mengancam generasi muda antara lain konten pornografi, kekerasan, dan kecanduan gawai.
"Kita takut hadirnya generasi 'merunduk' yang tidak bisa berkomunikasi secara horizontal. Kita khawatir generasi muda ini terdegradasi dalam sisi perilaku dan nilai," ungkap Ema.
Maka dari itu, ia menuturkan, Pemkot Bandung akan terus menghadirkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing dan diimbangi dengan kesehatan di bidang spiritual dan mental secara optimal.
"Komitmen kita tidak pernah kendur dan tidak pernah mundur. Anak merupakan generasi emas yang sangat luar biasa. Mereka yang akan menentukan arah, posisi keberadaan kota ini ke depan," ujarnya.
Ia menambahkan, Pemkot Bandung akan terus berjuang untuk mengoptimalkan potensi Kota Bandung agar semakin layak dan ramah anak.
"Kemarin Kota Bandung dapat penghargaan Nindya Kota Layak Anak. Semoga tahun depan naik ke predikat Utama," ucapnya.
Selain itu, Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Bandung juga memperoleh peringkat ke-3 tingkat nasional.
Ema mengatakan, hal ini menunjukkan jika Kota Bandung terus berupaya untuk melayani permasalahan keluarga mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (Forkab), Yunimar Mulyana mengatakan, keberadaan Puspaga mendukung anak-anak untuk mendapatkan perlindungan dan pemenuhan haknya.
"Pemkot Bandung menyediakan beragam kegiatan. Ada sekolah ramah anak, senam ramah anak, Bandung ramah anak yang agamis dan dinas lain kerjakan mendukung untuk anak-anak," tutur Yuni.
Ia mengaku, masih banyak kendala. Namun pihaknya tetap berupaya untuk mencapai lebih lagi secara bertahap.
"Tentu untuk menuju ideal itu masih sangat panjang prosesnya, tapi kita selalu mencoba untuk memberikan yang terbaik," imbuhnya.
Terkait acara ini, Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak DP3A Kota Bandung, Aniek Febriani menjelaskan, pihaknya berkolaborasi dengan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia Kota Bandung dan Forkab untuk menyelenggarakan rangkaian HAN.
Sebab baginya, Pemkot Bandung tidak bisa untuk mencapai tujuan ini sendiri, sehingga perlu melibatkan peran pentahelix di dalamnya.
"Hari ini diikuti 250 anak dari PAUD-SMA. Untuk menjalankan program perlindungan anak Kota Bandung, kami juga melibatkan masyarakat melalui Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ada di kelurahan," papar Aniek.
Ia pun membahas mengenai peran Puspaga untuk mencegah kekerasan pada anak dan anggota keluarga lainnya sejak dini.
Melalui Puspaga, masyarakat bisa melakukan konseling mengenai keluarga, terutama peran para ayah karena mereka juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan seorang anak.
"Sebab akan terlihat betapa berbedanya anak yang didampingi ayah dalam tumbuh kembangnya dengan anak yang tidak ada peran ayah dalam hidupnya," ucapnya.
Selain itu, Pemkot Bandung melalui DP3A juga memiliki UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak. Di sana terdapat para konselor bagi anak-anak dan perempuan yang mengalami kekerasan.
Untuk permasalahan anak Kota Bandung di masa pandemi ini, Aniek mengakui jika banyak yang mengalami kekerasan psikis. Penyebabnya dari banyak orang tua yang mulanya bekerja, tapi karena dampak pandemi, mereka menjadi tidak bekerja.
"Seorang ayah yang biasanya di luar rumah jadi di dalam rumah mengakibatkan tingkat stresnya tinggi. Seorang ibu yang harus mendampingi anak-anaknya belajar, bingung ajari anak jadi nadanya lebih tinggi," jelasnya.
Padahal menurutnya, salah satu prinsip dalam memenuhi hak anak adalah tidak boleh mendiskriminasi. Seperti hari ini, lewat acara HAN, ditampilkan beragam bakat dari anak-anak Kota Bandung, termasuk penampilan dari anak-anak berkebutuhan khusus.
Ada penampilan jimbe anak-anak difabel dari Biruku Indonesia. Lalu pembacaan Suara Anak Kota Bandung dari Forkab. Kemudian penyerahan Kartu Identitas Anak (KIA). Setelahnya ditutup dengan fashion show anak.
Aniek berharap, semoga tahun depan Kota Bandung bisa semakin layak anak tak hanya dari segi pendidikan, sosial, dan ekonomi. Tapi juga dari peran media massa.
"Mudah-mudahan nanti untuk media massa ada juga bisa dapat predikat ramah anak ke depannya," harapnya.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyampaikan, anak-anak ada dalam posisi yang rentan tercederai atau bahkan terampas hak-haknya, terutama di tengah era digital.
Beberapa bahaya yang mengancam generasi muda antara lain konten pornografi, kekerasan, dan kecanduan gawai.
"Kita takut hadirnya generasi 'merunduk' yang tidak bisa berkomunikasi secara horizontal. Kita khawatir generasi muda ini terdegradasi dalam sisi perilaku dan nilai," ungkap Ema.
Maka dari itu, ia menuturkan, Pemkot Bandung akan terus menghadirkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing dan diimbangi dengan kesehatan di bidang spiritual dan mental secara optimal.
"Komitmen kita tidak pernah kendur dan tidak pernah mundur. Anak merupakan generasi emas yang sangat luar biasa. Mereka yang akan menentukan arah, posisi keberadaan kota ini ke depan," ujarnya.
Ia menambahkan, Pemkot Bandung akan terus berjuang untuk mengoptimalkan potensi Kota Bandung agar semakin layak dan ramah anak.
"Kemarin Kota Bandung dapat penghargaan Nindya Kota Layak Anak. Semoga tahun depan naik ke predikat Utama," ucapnya.
Selain itu, Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Bandung juga memperoleh peringkat ke-3 tingkat nasional.
Ema mengatakan, hal ini menunjukkan jika Kota Bandung terus berupaya untuk melayani permasalahan keluarga mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Anak Kota Bandung (Forkab), Yunimar Mulyana mengatakan, keberadaan Puspaga mendukung anak-anak untuk mendapatkan perlindungan dan pemenuhan haknya.
"Pemkot Bandung menyediakan beragam kegiatan. Ada sekolah ramah anak, senam ramah anak, Bandung ramah anak yang agamis dan dinas lain kerjakan mendukung untuk anak-anak," tutur Yuni.
Ia mengaku, masih banyak kendala. Namun pihaknya tetap berupaya untuk mencapai lebih lagi secara bertahap.
"Tentu untuk menuju ideal itu masih sangat panjang prosesnya, tapi kita selalu mencoba untuk memberikan yang terbaik," imbuhnya.
Terkait acara ini, Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak DP3A Kota Bandung, Aniek Febriani menjelaskan, pihaknya berkolaborasi dengan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia Kota Bandung dan Forkab untuk menyelenggarakan rangkaian HAN.
Sebab baginya, Pemkot Bandung tidak bisa untuk mencapai tujuan ini sendiri, sehingga perlu melibatkan peran pentahelix di dalamnya.
"Hari ini diikuti 250 anak dari PAUD-SMA. Untuk menjalankan program perlindungan anak Kota Bandung, kami juga melibatkan masyarakat melalui Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ada di kelurahan," papar Aniek.
Ia pun membahas mengenai peran Puspaga untuk mencegah kekerasan pada anak dan anggota keluarga lainnya sejak dini.
Melalui Puspaga, masyarakat bisa melakukan konseling mengenai keluarga, terutama peran para ayah karena mereka juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan seorang anak.
"Sebab akan terlihat betapa berbedanya anak yang didampingi ayah dalam tumbuh kembangnya dengan anak yang tidak ada peran ayah dalam hidupnya," ucapnya.
Selain itu, Pemkot Bandung melalui DP3A juga memiliki UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak. Di sana terdapat para konselor bagi anak-anak dan perempuan yang mengalami kekerasan.
Untuk permasalahan anak Kota Bandung di masa pandemi ini, Aniek mengakui jika banyak yang mengalami kekerasan psikis. Penyebabnya dari banyak orang tua yang mulanya bekerja, tapi karena dampak pandemi, mereka menjadi tidak bekerja.
"Seorang ayah yang biasanya di luar rumah jadi di dalam rumah mengakibatkan tingkat stresnya tinggi. Seorang ibu yang harus mendampingi anak-anaknya belajar, bingung ajari anak jadi nadanya lebih tinggi," jelasnya.
Padahal menurutnya, salah satu prinsip dalam memenuhi hak anak adalah tidak boleh mendiskriminasi. Seperti hari ini, lewat acara HAN, ditampilkan beragam bakat dari anak-anak Kota Bandung, termasuk penampilan dari anak-anak berkebutuhan khusus.
Ada penampilan jimbe anak-anak difabel dari Biruku Indonesia. Lalu pembacaan Suara Anak Kota Bandung dari Forkab. Kemudian penyerahan Kartu Identitas Anak (KIA). Setelahnya ditutup dengan fashion show anak.
Aniek berharap, semoga tahun depan Kota Bandung bisa semakin layak anak tak hanya dari segi pendidikan, sosial, dan ekonomi. Tapi juga dari peran media massa.
"Mudah-mudahan nanti untuk media massa ada juga bisa dapat predikat ramah anak ke depannya," harapnya.
Posting Komentar